Monday, November 23, 2009

[Telah Terbit] Buku tentang Single Parent


[Telah Terbit] Buku tentang Single Parent

Judul Buku : Demi Anakku dan Masa Depanku;

Pengalaman Perempuan Korban KDRT dan menjadi Orangtua tunggal

Penulis : Rofi Widiastuti dan Titiana Adinda

Genre : Kisah Nyata (True Story)

Penerbit : Elex Media Komputindo (Gramedia Group)

Tahun Terbit : 2009

Harga : Rp 27.800,-

Janda adalah predikat menakutkan bagi sebagian besar perempuan. Namun tak setiap perempuan punya pilihan menghindari status tersebut. Bahkan saat mereka siap mempertahankan pernikahannya dengan risiko mendapat kekerasan, banyak akhirnya yang digugat cerai oleh pasangannya. Menjadi janda tidak bisa lagi dielakkan. Terlebih masih ada tanggungjawab lain, menjadi orangtua tunggal. Sebuah keharusan karena mantan suami tidak bisa diharapkan menjalankan tanggungjawabnya sebagai orang tua.

Para perempuan ini mesti berjuang melupakan trauma kekerasan, menghadapi gunjingan status janda, dan menghidupi anak-anak. Itu tidak mudah, tapi perjuangan berat tersebut terbayar kala melihat anak-anak tumbuh sehat, cerdas, dan bermental kuat. Dan ternyata, hidup sendiri jauh lebih bahagia daripada berumah tangga tapi tersakiti.


Sunday, November 15, 2009

[Telah Terbit] Buku Stroke; The Sillent Killer


[Telah Terbit] Buku Stroke; The Sillent Killer

Judul Buku : Stroke; The Silent Killer

Pengalaman Para Insanpasca Stroke

Penulis : Titiana Adinda

Genre : Kisah Nyata (True Story)

Penerbit : Elex Media Komputindo (Gramedia Group)

Tahun Terbit : 2009

Harga : Rp 24.800-

Stroke demikian terkenal karena menjadi pembunuh diurutan ketiga dan Indonesia menempati urutan pertama di dunia dalam jumlah terbanyak penderita stroke. Akibat terserang stroke, orang bisa kehilangan berbicara serta tidak bisa menggerakan kaki dan tangannya karena kelumpuhan. Tak jarang mereka tidak bisa lagi beraktivitas seperti biasa karena terpaksa duduk di kursi roda atau mengenakan tongkat untuk berjalan.

Dibuku ini akan mengisahkan tujuh orang penderita stroke yang lazim disebut insan pascastroke (IPS). Ternyata stroke tidak pandang usia gadis muda usia 21 tahun pun bisa terkena. Simak juga suka duka para terapi IPS: terapis fisioterapi, hidroterapi dan wicara. Para penderita stroke, keluarga mereka, dan siapa saja yang ingin tahu para IPS ini, jangan lewatkan buku ini !

Sunday, October 11, 2009

[Telah Terbit] Buku "Aku Mencintai Mereka"




Judul buku: Aku Mencintai Mereka;
Sukaduka Relawan Pendamping Korban Kekerasan Perempuan dan Anak
Penulis : Titiana Adinda
Pengantar Ahli: Dr.Kristi Poerwandari
Penerbit : Elex Media Komputindo
Genre : True Story
Harga : Rp 24.800,-

Pekerjaan ini jarang dijadikan cita-cita. Menjadi penolong perempuan dan anak korban kekerasan. Tetapi mereka sudah memilih profesi mulia ini. Mereka adalah para dokter, psikolog, pengacara, pekerja sosial, perawat dan pekerja administrasi di lembaga pemulihan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Bagaimana suka duka menjadi relawan pendamping? Apa motivasi mereka menolong sesama? Bagaimana mengatasi perasaan jenuh saat mereka berhadapan dengan korban? Temukan kisahnya di buku ini.

Wednesday, August 12, 2009

[Telah Terbit] Buku “BIG IS BEAUTIFUL”



[Telah Terbit] Buku “BIG IS BEAUTIFUL”

Judul Buku : Big is Beautiful;Gemuk? Siapa Takut?

Penulis : Titiana Adinda dan Resiska Yandi

Genre : Kisah Nyata (True Story)

Sekapur Sirih : Ita Sugito (dari Komunitas X-tra L)

Penerbit : Elex Media Komputindo (Gramedia Group)

Tahun Terbit : 2009

Harga : Rp 28.800,-

Jadi orang gemuk memang susah, apalagi cewek ! Mereka sering dikatai dan dijuluki macam-macam, juga sering dilanda kekhawatiran nggak dapet cowok, dibohongi suami, bahkan menjadi objek komoditas jamu dan obat pelangsing. Padahal orang gemuk bisa cantik, dan sehat juga lho. Nggak percaya?

Narasumber buku :

- Ririe Bogar

- Bertha Suranto

- Tike “Extravaganza” Priyatnakusuma

- Dll

Buruan beli ya? Jangan sampai kehabisan... Ok? Makasih banyak ya J

===

http://titiana-adinda.blogspot.com

http://buku-buku-dinda.blogspot.com

Sunday, April 19, 2009

(Resensi) Kekerasan Itu Berulang Padaku



(Resensi) Kekerasan Itu Berulang Padaku

 

Judul               : Kekerasan Itu Berulang Padaku

Penulis            : Titiana Adinda

Penerbit          : Elex Media Komputindo

Terbit              : 2008

Tebal               : 104 hlm

Harga             :  Rp 22.800

 

Siklus Kekerasan pada Perempuan

Oleh: Y. Budi U*

 

Sejak tahun 2000, Pusat Krisis Terpadu RSCM Jakarta telah menangani 4.651 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), atau 2 kasus setiap harinya. Angka ini belum termasuk kasus-kasus KDRT di kota lain. Sebuah penelitian lain menyebutkan selama tahun 2005 saja terjadi 20.391 kasus kekerasan di Indonesia. Sebanyak 16.615 kasus di antaranya adalah KDRT. Tahun 2006 meningkat menjadi 22.512 kasus, 16.709 di antaranya adalah KDRT.

Mengapa kasus KDRT di Indonesia begitu memprihatinkan? Gerakan emansipasi wanita sejak era Kartini, termasuk perjuangan kaum feminis, ternyata belum sepenuhnya berbuah manis. Bahkan, kekerasan pada perempuan semakin menjelajah wilayah-wilayah privat. Di mana para tindak kekerasan itu justru dilakukan oleh orang-orang yang terdekat.

Budaya patriarkhi yang kuat, mungkin menjadi refren yang terus dipersalahkan. Tetapi, alasan penafsiran yang salah kaprah terhadap agama juga berperan di dalamnya. Satu kisah berjudul “Nikah Siri” dalam buku ini menyiratkan akan hal itu.

Terlepas dari dua aspek di atas, keberanian yang ciut dan minimnya pengetahuan perempuan untuk keluar dari siklus kekerasan, turut melanggengkan kekerasan itu terus terjadi. Hampir seluruh kisah nyata dalam buku ini menunjukkan keterlambatan kesadaran perempuan membebaskan diri. Setelah terluka dan babak belur, akhirnya mereka datang ke rumah sakit, dan dirujuk ke Pusat Krisis Terpadu. Dalam hal ini, memang korban kekerasan tidak sepenuhnya bisa disudutkan. Pihak-pihak terkait, LSM, dan pemerintah sendiri harus terus berupaya menyosialisasikan advokasi pada korban-korban kekerasan.

Sebaiknya, mungkin Anda perlu waspada terhadap sikap-sikap “aneh” dari pasangan Anda. Tanda-tanda bahwa pasangan Anda mempunyai kecenderungan sebagai pelaku kekerasan, misalnya pencemburu buta, ingin tahu keberadaan Anda setiap waktu, marah bila Anda menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman, menyalahkan Anda dan orang lain atas kesalahan dirinya, dan memperlakukan Anda dengan kekerasan.

Apabila mengalami hal itu, Anda bisa melakukan beberapa tindakan, seperti berkonsultasi dengan lembaga-lembaga advokat, Woman Crisis Center. Bahkan, seandaipun Anda merasakan indikasi kuat adanya KDRT itu, Anda wajib melaporkan kepada pihak berwajib.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) menjamin hak-hak hukum korban kekerasan. Kategori KDRT yang dijamin Undang-undang meliputi kekerasan fisik,kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi atau penelantaran rumah tangga (pasal 5).

Kekerasan fisik meliputi tindakan yag mengakibatkan rasa sakit dan menimbulkan jejak pada tubuh seseorang, mungkin keguguran, pingsan, bahkan kematian. Sedangkan kekerasan psikis adalah tindakan yang mengakibatkan rasa takut, kehilangan percaya diri, kehilangan kemampuan untuk mengambil keputusan, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan kejiwaan yang serius.

Bentuk kekerasan ekonomi adalah pembatasan seseorang untuk bekerja di dalam atau di luar rumah guna menghasilkan barang atau uang. Sedangkan kekerasan seksual menyangkut perbuatan berupa pemaksaan seksual, dengan cara tidak wajar dan atau tidak disukai, maupun pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan tujuan tertentu.

Dalam pengantar, penulis yang telah menghasilkan 3 buku ini mengatakan bahwa buku ini terbit sebagai bentuk penghargaan bagi perempuan korban kekerasan yang mampu keluar dari kekerasan yang menghimpitnya. Buku yang berisi 10 kisah nyata para korban KDRT ini memberi Anda, terutama kaum perempuan yang rentan mengalami kekerasan, segudang wawasan yang penting dan berguna. Meski, beberapa kisah di antaranya tidak berhasil diceritakan secara tuntas. Namun, esensi dari buku ini tetap mengena dalam perannya mengadvokasi korban kekerasan.

Pada bagian akhir buku, penulis juga melengkapinya dengan pasal-pasal penting dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, alamat Lembaga Perempuan dan Pusat Krisis Terpadu Rumah Sakit di Indonesia. Dengan harapan, bisa menjadi panduan Anda dalam upaya menghentikan siklus kekerasan.

 

*Y. Budi U,  Peminat Buku

 

Note: Buku ini dapat dibeli secara online di :

http://kutukutubuku.com/2008/open/12209/kekerasan_itu_berulang_padaku_kumpulan_kisah_kekerasan_terhadap_perempuan_ 

 

===

http://titiana-adinda.blogspot.com

http://buku-buku-dinda.blogspot.com

 

Tuesday, March 31, 2009

[Resensi Buku] Biarkan Aku Memilih



[Resensi Buku] Biarkan Aku Memilih

RESENSI BUKU

>> minggu, 2009 maret 29

Nestapa “Gay” di Negeri Syariat

Judul Buku : Biarkan Aku Memilih; Pengakuan Jujur Seorang Gay yang Coming Out
Penulis : Hartoyo dan Titiana Adinda
Halaman : 134 halaman + xxx
Penerbit : Elex Media Komputindo (Gramedia Group)
Terbit : Februari 2009

Oleh
Murizal Hamzah

Tujuh polisi menghajar dua pemuda tanpa ampun. Belum puas, anggota Polisi Sektor Banda Raya, Banda Aceh, memaksa pemuda itu mencopot semua baju dan celana. Seorang polisi menodongkan senjata laras panjang ke anus pemuda itu. Kemudian seorang pemuda dipaksa memegang penis rekannya hingga ereksi. Tiga puluh menit kemudian, pukul 02.00 WIB, mereka digiring ke halaman Markas Polisi Sektor (Mapolsek) dengan berjongkok. Lalu dimandikan dengan selang air. Ketika seorang pemuda ingin buang air kecil, polisi meminta dia untuk kencing di atas kepala rekannya. “Proses itu berlangsung selama 15 menit. Aku sangat marah, tapi tidak bisa mampu berbuat apa-apa,” tulis Hartoyo dalam buku bersampul putih ini. (hlm. 84-85).

Apa kesalahan dua pemuda itu? Dalam buku inilah Toyo--panggilan akrab Hartoyo-- memaparkan secara ringkas kisah dirinya, seorang gay yang tinggal di negeri syariat. Tragedi penyiksaan ini diawali pada malam 23 Januari 2007 di Banda Aceh. Kala itu, pria dari Binjai Sumatera Utara ini sedang asyik memadu kasih di kosnya dengan pasangannya Bobby (nama samaran), warga Aceh. Warga menangkap mereka di lantai dua Kedai Kopi Pesona di Lamlagang Banda Aceh.

Dalam sekejap, pukulan bertubi-tubi mendarat di sekujur tubuh gay ini. Mereka dianggap telah mencemarkan desa tersebut. Kemudian, warga bingung, mau dibawa ke mana dua gay ini? Jika diusung ke Kantor Waliyatul Hisbah alias polisi syariat--lembaga ini hanya ada di Aceh--warga khawatir esok nama desa ini masuk koran dan ini sama artinya mendatangkan aib. Akhirnya, polisi dipanggil untuk menjemput Toyo dan Bobby.
“Gay” Sejak SD

Di lembaga pengayom masyarakat inilah, dua gay itu kembali disiksa. Esok paginya, mereka dibebaskan setelah penggiat kemanusiaan datang. Seminggu kemudian, setelah didukung oleh berbagai lembaga pembela HAM, perempuan di Jakarta dan Aceh, Toyo yang bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Banda Aceh pascatsunami 2005 ini melapor balik kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Setahun kemudian, Pengadilan Negeri Banda Aceh pada 8 Oktober 2008 melakukan persidangan dengan empat terdakwa anggota polisi. Vonis hakim, pelaku dihukum tiga bulan penjara dengan masa percobaan enam bulan serta denda Rp 1.000. Pelaku tidak harus menjalani hukuman di penjara karena dihukum percobaan.

Dari kasus ini juga, Toyo memahami ada teman-temannya di lembaga kemanusiaan yang tetap mendukung dia atau menceramahinya. Padahal, sebagai lembaga kemanusiaan, mereka harus menghargai berbagai perbedaan, termasuk memilih menjadi gay. Karena itu, dia mempertanyakan lembaga-lembaga kemanusiaan di Aceh yang mengesampingkan isu penyiksaan dirinya karena berkaitan dengan seksualitas. Apakah seorang gay tidak layak untuk hidup aman di bumi Serambi Mekah?

Tak diragukan lagi, Toyo merupakan gay sejati. Sejak kecil hingga kini, dia senang dengan laki-laki. Masa kecil dilalui dengan sukacita sekaligus pada masa itu juga dia merasakan diri sebagai gay. Ketika kelas 5 SD, dia menawarkan saudaranya untuk dipijit. Toyo kecil tidak paham, mengapa dirinya senang mengamati pria bugil. Hingga jari Toyo pun meremas-reman penis saudaranya, menciumnya. Anehnya, saudaranya, membiarkan aksi itu. Sejak itulah, rasa suka dengan laki-laki terus dirasakan dan semakin besar (hlm 8).

Inspirasi bagi Keluarga
Menyimak lembaran demi lembaran, termasuk empat halaman berwarna foto Toyo di berbagai daerah, pembaca diberi kebebasan untuk memahami cara pikir dan bertindak seorang gay. Dalam pengantar penulis, secara terus terang pengalaman ini disampaikan bukan untuk mencari “pembenaran” dan meminta belas kasihan orang. Apalagi mengajak orang lain memilih menjadi gay.

Penulis mengakui, buku yang mengisahkan pengalaman hidup seorang gay dari sisi kemanusiaan selama ini belum banyak diterbitkan. Toyo menuturkan, menjadi gay adalah sebuah pilihan kejujuran hidup. “Buku ini menjadi inspirasi bagi keluarga yang mulai tahu bahwa ada anggota keluarganya yang menjadi bagian kelompok lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, dan quee (LGBTIQ). Bagaimana bersikap manusiawi terhadap anggota keluarga,” tulis Toyo yang menghabiskan masa kuliah selama lima tahun di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Sejatinya, buku ini layak dibaca oleh siapa saja yang ingin mengetahui dunia gay, termasuk juga di Aceh yang membentuk komunitas sendiri. Yang sangat menakutkan bagi seorang homeseksual adalah keluar dari persembunyian dan memproklamasikan kepada publik bahwa dirinya adalah gay. Dalam hal ini, Toyo telah memperlihatkan diri bahwa Indonesia tidak hanya memiliki keragaman suku bangsa, agama, budaya, tapi juga keragaman seksual. Dan tentu saja, semua orang bisa tinggal di seluruh pelosok Bumi Ibu Pertiwi ini. n

 

Sunday, March 15, 2009

[Telah Terbit] Buku True Story Seorang Gay



[Telah Terbit] Buku True Story Seorang Gay

 

Judul Buku            : Biarkan Aku Memilih;

  Pengakuan Jujur Seorang Gay yang Coming Out

Penulis                   : Hartoyo dan Titiana Adinda

Genre                    : Kisah Nyata (True Story)

Penerbit                 : Elex Media Komputindo (Gramedia Group)

Tahun Terbit          : 2009

Harga                    : Rp 29.800,-


Aku adalah seorang gay. Sejak kecil aku senang dengan laki-laki, hingga kini aku dewasa. Entah mengapa semua itu bisa terjadi. Sebagai seorang anak dari sebuah desa kecil di Binjai, Sumatra Utara, aku bersyukur bisa menyelesaikan kuliah di universitas negeri di Aceh. 

Namun, di Aceh jualah aku mendapat perlakuan tidak manusiawi dari masyarakat dan kepolisian karena pilihan orientasi seksualku. Aku merasa sedih dan marah. Menurutku, orang tidak semestinya menerima kekerasan akibat pilihan seksualnya. 

Namun demikian, komitmenku untuk berjuang demi nilai-nilai kemanusian akan tetap kujalankan. Aku masih tetap menunggu keadilan atas penyiksaan itu. Sungguh itu pengalaman pahit dalam hidupku. Betapa mahalnya harga sebuah kejujuran. Apalagi bicara jujur soal orientasi seksual kepada publik (coming out) bagi kaum gay. 
 
“Buku ini merupakan ungkapan paling jujur terhadap sisi lain kemanusiaan kita. Masalah seksualitas adalah isu yang paling banyak disembunyikan, dan cenderung ditabukan untuk dibahas di ruang publik....”
(Prof. Dr. Musdah Mulia, M.A., Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)