Tuesday, December 9, 2008

[Resensi Buku] Kekerasan Itu Berulang Padaku





[Resensi Buku] Kekerasan Itu Berulang Padaku

Judul : Kekerasan Itu Berulang Padaku
Penulis : Titiana Adinda
Penerbit: Elex Media Komputindo
Genre: Kumpulan kisah nyata (true story)
ISBN: 978-979-27-3578-9


Kekerasan Itu Berulang Padaku
Oleh: Ajeng Nirmala
(Single parent dengan 2 orang anak, bekerja sebagai karyawan swasta)

Membaca buku ini seperti mengingatkan saya akan peristiwa yang pernah terjadi padaku beberapa tahun silam. Ya saya pernah menjadi korban kekerasan terhadap perempuan seperti sepuluh kisah dalam kumpulan kisah ini. Pelakunya tak lain adalah suami saya sendiri (sekarang kami sudah bercerai). Dulu waktu saya bercerai belum ada undang-undang perlindungan kekerasan dalam rumah tangga.

Pengalaman saya melapor peristiwa kekerasan yang saya alami ke polisi sungguh tidak menyenangkan. Polisi tidak peduli dengan keadaan saya ketika itu. Begitu juga ketika dipersidangan, mantan suami saya tidak dihukum apa-apa karena kekerasan yang dia lakukan kepada saya. Padahal rasa sakit disekujur tubuh saya akibat ditendang, dicekik dan ditampar, serta dicaci maki meninggalkan luka yang dalam dihati saya. Tapi saya bersyukur bisa terbebas dari kekerasan dalam rumah tangga itu.

Memang betul seperti yang disampaikan oleh penulis buku ini bahwa pelaku kekerasan sering kali memberi hadiah misal bunga, pakaian, atau coklat sesudah kekerasan terjadi. Hal itu yang membuat saya kacau pikirannya untuk meminta cerai. Apalagi saya sudah punya dua orang anak dan pernikahan saya tidak direstui oleh orangtua saya. Seperti dalam kisah yang banyak ditulis dibuku ini, meski tidak semuanya tidak direstui orangtuanya. Saya bisa merasakan perih dan pedihnya penderitaan para korban di buku itu.

Laki-laki memang brengsek! Sukanya menjahati perempuan. Meski saya tahu tidak semua laki-laki seperti itu. Tapi koq rata-rata begitu ya kelakuannya? Mungkin itu karena persoalan relasi gender yang timpang. Ketidakberdayaan dan ketidakkuasaan perempuan untuk melawan merepresentasikan bagaimana perempuan telah dikonstruksi menjadi pihak yang tidak punya posisi tawar atau bernilai rendah dalam status sosial daripada laki-laki. Hal itu saya kutip dari pernyataan Mariana Amiruddin, Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan dalam Pengantar Ahli dalam buku ini.

Buku ini juga terasa betul manfaatnya, karena kita tidak hanya diceritakan kisah-kisah kekerasan terhadap perempuan tetapi juga diberi pengetahuan tentang apa itu kekerasan terhadap perempuan dari dua orang ahli yaitu dr.Mutia Prayanti Errufana, SpOG dan Mariana Amiruddin. Juga didalam buku ini dilampirkan tentang tips jika anda menjadi korban kekerasan, alamat women crisis centre seluruh Indonesia, serta sekilas tentang UU No.23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 

Pokoknya saya tidak merasa rugi membeli buku ini. Terima kasih kepada Titiana Adinda sang penulis buku ini, yang sudah menuliskan dengan baik buku kisah nyata ini. Sehingga saya larut dibawa oleh ceritanya sampai tak terasa saya menitikkan airmata setelah membaca buku ini. Terima kasih.

Kekerasan Itu Berulang Padaku


[Buku Baru] Kumpulan Kisah Kekerasan Terhadap Perempuan

 

Judul Buku                  : Kekerasan Itu Berulang Padaku

Penulis                         : Titiana Adinda

Genre                          : Kumpulan Kisah Nyata (True Story)

Penerbit                       : Elex Media Komputindo (Gramedia Group)

Tahun Terbit                : 2008

Pengantar Ahli            : dr. Mutia Prayanti, SpOG (Ketua PKT RSCM)

                                      Mariana Amiruddin (Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan)

 

 

Kisah kekerasan terhadap perempuan sering terjadi di sekitar kita. Dampaknya selain menimbulkan luka fisik juga luka psikologis. Para korban enggan melapor karena takut pada ancaman pelaku atau menggangap kekerasan itu sebagai aib keluarga.  Fenomena kekerasan terhadap perempuan bukan semata masalah pribadi, tapi juga merupakan tanggungjawab negara dan masyarakat. Masyarakat maupun penegak hukum harus terlibat untuk mengatasi dan menyelamatkan perempuan dari segala bentuk kekerasan.

 

Buku ini berisi sepuluh kisah nyata tentang kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan saat berpacaran. Mulai dari suami yang suka menyiksa dan tak mau memberi nafkah, sampai kisah korban yang melakukan aborsi karena sang pacar tak ingin bertanggungjawab.

 

Hapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan!

[Resensi Buku] Harapan Itu Masih Ada



RESENSI BUKU

Judul : Harapan Itu Masih Ada

Penulis : Titiana Adinda

Penerbit : Elex Media Komputindo

Genre : True Story

Terbit : 2008

Tebal : 103 hlm.

HIDUP, SEPATUTNYA DIBELA!

Oleh: Y. Budi U*

Sedikit orang yang mampu menulis tentang “rahasia” dirinya, kecuali untuk otobiografi dan kepentingan publikasi. Titiana Adinda, bagian dari jumlah yang sedikit itu. Rahasia ‘penderitaan’ hidup, apalagi menyangkut eksistensi diri, memang tak seharusnya murah diumbar. Pengakuannya dalam pengantar, Dinda menulis, “Sungguh tidak mudah mengingat kembali peristiwa menyedihkan ini. Bahkan tak jarang meneteskan air mata saat menuliskannya.”


Datangnya cobaan

Meningoensefalitis adalah radang infeksi yang menyerang selaput dan jaringan otak. Efek yang ditimbulkan berupa kelumpuhan tubuh bagian kanan, kelopak mata mengecil, bahkan amnesia. Lebih dari itu, Dinda mengalami meningoensefalitis Tb (tuberkulosis), dimana bakteri TBC ikut andil menyerang selaput otaknya. Bisa dibayangkan bagaimana Dinda ‘belajar keras’ menerima keadaan dirinya. Dan, Dinda menuliskan semua pengalaman itu dengan lugas, sekaligus menegaskan ketegarannya yang luar biasa.

Pada tahap awal, Dinda hanya sering merasakan demam dan pusing, sebagaimana gejala flu biasa. Seorang dokter menyarankannya untuk segera operasi usus buntu. Dinda melakoninya. Namun, tak kunjung sembuh. Hingga di awal tahun 2004, Dinda, yang saat itu masih aktif di Komnas Perempuan, mengalami puncak sakitnya. Hasil pemeriksaan, baik CT-scan maupun MRI, menyimpulkan adanya peradangan di selaput otak (meningitis) dengan deskripsi meningitis Tb. Mulailah, hari-hari Dinda dilalui di rumah sakit, ruang terapi, dan kamar rawat.

Rasa rendah diri Dinda yang pertama adalah kesulitan bicara. Dengan kondisi bibir yang miring ke kiri dan bicara yang terbata, membuatnya sedih. “Ya Tuhan, kalau begini terus, aku tidak tahan menerima cobaan ini.” Rasa percaya diri semakin hilang saat tahu dirinya terkena amnesia, pandangannya jadi dobel, dan mata kirinya semakin mengecil.

Kehilangan ingatan merupakan satu siksaan tersendiri. Terutama bila kenangan akan aktivitas menyenangkan yang pernah dilakukannya tak bisa dilakukan lagi. Untuk melakukan hal-hal biasa (rutin) saja tentu menjadi kerinduan luar biasa. Di bagian-bagian selanjutnya, Dinda bercerita bagaimana ia harus belajar lagi mengoperasikan Mic. Word, sebuah aktivitas biasa yang telah mahir dilakukannya jauh sebelum sakit.

Belum usai dari keterpurukan, Dinda harus menerima fakta pahit di tempatnya bekerja. Maret 2005, selang ia sedang memulihkan keadaanya, Dinda di-PHK tanpa prosedur semestinya. Dinda pun meradang. Ia menuntut Komnas Perempuan secara hukum. Tidak main-main, hampir 15 bulan lamanya, Dinda berjuang mendapatkan haknya. Dan, untuk kesekian kalinya, jauh di lubuk hatinya, Dinda makin merasa sangat sepi. Sakit dan penderitaan yang dialaminya seolah membuatnya banyak kehilangan teman dan juga “nasib” baik.

Masa pemulihan

Keakrabannya dengan penderitaan di saat sakit, membuat Dinda mulai terbiasa dan bisa menerima keadaan dirinya. Perlahan-lahan, Dinda bangkit sebagaimana ia sendiri mengeraskan hati untuk sembuh. Aktivitas demi aktivitas dia lakukan, konsultasi, terapi, dan menulis artikel di media massa.

Yang menarik adalah tumbuhnya kesadaran Dinda untuk melakukan konsientisasi tentang meningoensefalitis, termasuk dituliskannya di buku ini. Tentunya supaya jangan ada lagi orang yang terkena penyakit ini. Menurut data dari berbagai sumber, angka kematian penderita meningoensefalitis di Indonesia mencapai 18-40 persen, dengan angka kecacatan 30-50 persen.

Meningitis sendiri, lebih sering terjadi pada anak-anak usia 1 bulan-2 tahun. Gejala yang umum terjadi adalah demam, sakit kepala, dan kekakuan otot pada leher. Penderita ini juga mengalami fotofobia (takut cahaya) dan fonofobio (takut dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak bingung, susah untuk bangun tidur, bahkan tak sadarkan diri. Pada bayi, umumnya menjadi sangat rewel dan terjadi gangguan kesadaran. Gejala lainnya adalah warna kulit menguning (jaudice), tubuh dan leher terasa kaku, demam ringan, tidak mau makan atau minum ASI. Tangisannya pun menjadi lebih keras dan bernada tinggi, serta ubun-ubunnya terdapat benjolan atau bagian itu terasa kencang.

Menjaga kebersihan diri adalah kiat pertama mencegah terjangkitnya penyakit ini. Media penularan bakteri Neisseria meningitidis meningokokus ini melalui udara. Hubungan langsung dengan terkena lendir atau percikan hidung atau tenggorokan ketika orang bersin, mencium, batuk, atau barang-barang pribadi seperti gelas dan sikat gigi, juga rentan pada penularan.

Pencegahan lain bisa dilakukan dengan vaksinasi Hemophilus influenzae tipe b untuk anak-anak. Sementara vaksin meningokukus diberikan untuk orang dewasa. Para jamaah haji biasanya mendapatkan vaksin ini sebelum masuk di negara Arab Saudi.

Akhirnya, Dinda menyadari bahwa di dalam penderitaanya, ia masih bisa mensyukuri semua nikmat yang diberikan Tuhan. Perhatian orang-orang dekat, keluarga, dan sahabatnya membuatnya semakin semangat menyalakan api hidup. Dari balik kamarnya, lahir gagasan-gagasan indah, termasuk menjadi penggagas beladiri SDFW (Self Defense for Woman) Indonesia di Jakarta dan menuliskannya dalam buku dengan judul yang sama.

Rasanya, judul buku “Harapan Itu Masih Ada” ini bukan sekadar puitisasi fonetik. Dinda, sang penulis telah benar-benar menaruh harapan itu dalam hatinya, dalam hidupnya. Dan, sekarang tinggal menjaga nyala harapan itu, agar tetap hidup untuk dirinya juga untuk orang lain.

*Y. Budi U, Ketua Komunitas Studi INSPICIO

Harapan Itu Masih Ada


Buku true story ttg sakitku sudah terbit !


Judul Buku : Harapan itu Masih Ada; Optimis dengan Meningoensefalitis

Jenis Buku : Kisah Nyata (True Story)

Penulis : Titiana Adinda

Penerbit : Elex Media Komputindo (Gramedia Group)

Pengantar Ahli : Prof. Dr. Teguh A.S Ranakusuma, SpS(K)

Harga: Rp 23.800,-


“Akibat serangan meningoensefalitis tb (radang infeksi pada selaput otak dan jaringan otak disertai serangan TBC)
 hidupku yang semula dinamis berubah drastis. Tak pernah kubayangkan aku akan mengalami cobaan yang begitu berat”

Serangan penyakit ini menyebabkan aku berbaring di rumah sakit selama sebulan 13 hari diantaranya dalam keadaan koma. Kelopak mata kiriku mengecil dan pandangan mata kiriku jadi dobel. Aku menderita amnesia, kehilangan kemampuan berbicara.Dan yang paling menyedihkan badanku lumpuh separuh, tak dapat digerakkanhingga aku terpaksa memakai kursi roda.

Segala usaha pengobatan pun aku lakukan. Mulai dari pengobatan medis dan alternatif. Aku jadi mirip anak kecil lagi. Mesti belajar berjalan, belajar berbicara, belajar menulis...Oh,aku seperti terperangkap dalam tubuh besar ini, dengan kemampuan persis anak kecil. Cobaanku semakin lengkap kala aku juga di PHK secara sewenang-wenang.

Syukurlah kondisiku perlahan mulai pulih. Kini aku sudah lepas dari kursi roda, walau masih berjalan dengan bantuan tongkat. Aku juga mampu berbicara lagi. Aku mulai menata hidup baruku, dengan segala keterbatasan yang kumiliki. Aku yakin harapan itu masih ada....

****

[Resensi Buku] Jangan Mau Jadi Korban Kekerasan





Jangan Mau Jadi Korban Kekerasan
Ditulis Oleh Dewi Puspasari 

Self Defense for Women
, buku karya Fahmi Syarief dan Titiana Adinda ini mencoba membantu kaum wanita mengatasi persoalan dalam kondisi-kondisi sulit seperti di atas. Bagi kedua penulis itu, bukan zamannya lagi wanita tunduk dan pasrah menjadi korban kekerasan. Pelaku kejahatan bisa ditaklukkan asal rajin berlatih gerakan-gerakan refleks yang dipaparkan secara detail di buku ini.

Gerakan praktis dalam buku itu diambil dari berbagai seni bela diri, cukup sederhana dan bisa dipelajari siapa saja. Kita bisa mempraktikannya langsung bersama teman, saudara atau suami karena dua pertiga dari isi buku ini berisi foto-foto gerakan untuk pertahanan diri. Paparan teknik pertahanannya cukup lengkap, mulai gerakan menghadapi penamparan, pencekikan, pencopetan, pelecehan seksual, hingga perkosaan dan kejahatan di taksi atau angkutan umum lain.

Selain mengupas teknik-teknik pertahanan diri, buku ini juga memberikan tips bepergian seperti anjuran untuk tidak duduk di pojok saat di angkutan umum, kiat-kiat bekerja di negeri orang, tips mencari pembantu, juga alamat Women Crisis Centre  di berbagai kota di Indonesia.

Ada satu pesan penulis di buku ini yang patut digarisbawahi: selesai membaca buku ini, tidak lantas membuat Anda mahir mempertahankan diri. Fahmi menekankan pentingnya latihan secara rutin agar gerakan pertahanan diri itu menjadi gerakan refleks. Bahkan penulis mengajak pembaca untuk bergabung dalam komunitas Women Self Defense. Meski masih baru berdiri, anggota komunitas ini cukup banyak dan beragam, mulai dari anak sekolah hingga ibu rumahtangga paruh baya.

Keterangan Buku:
Judul Buku: Self Defense for Women
Pengarang: Fahmi Syarief, Titiana Adinda
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2008

Self Defense For Women

















Isi buku ini adalah:

Bab 1: Kekerasan Terhadap Perempuan

Bab 2: Pertahanan Diri untuk Perempuan

Tindakan yang benar untuk melumpuhkan lawan.

Pertahanan Diri Terhadap Perempuan:

1.Penamparan

2.Pencekikan

2.a Tanpa ada penghalang

2.b Ada penghalang/tembok


3. Pencurian atau kekerasan di taksi

4.Serangan dari depan

a.Tusukan

b.Pelecehan Seksual


5. Serangan dari Belakang

a.Penodongan

b.Pencopetan

c. Memeluk paksa dari belakang


6.Serangan dari Samping

a.Serangan dari samping

b.Cengkraman dari samping

c. Dicekik dari samping


7. Perkosaan


Bab 3: Tips dan Saran

Bab 4: Pengalaman berlatih dari para peserta



LAMPIRAN:

- Alamat Women Crisis Centre dan Pusat Krisis Terpadu di Rumah Sakit

- Profil Penulis

- Profil Fotografer



HARGA:Rp 22.800,-